ut Ki Tanpa Aran cepat, “Atas seijin Yang Maha Agung, kami berdua yang sudah renta ini dengan berbekal Aji Pangrupak Jagad masih mampu melakukan tugas-tugas yang diberikan Kanjeng Sunan kepada kami.” Raden Mas Rangsang untuk sejenak terdiam. Pandangan matanya masih saja terpaku pada kegelapan yang semakin dalam di luar goa. “Raden,” berkata Ki Tanpa Aran kemudian memecah kesunyian, “Sesuai dengan pesan Kanjeng Sunan, sebaiknya kita segera memulai untuk mengkaji Asma-AsmaNYA Yang Maha Agung untuk kita dalami dan resapi sehingga nantinya akan bermanfaat dalam kehidupan bebrayan kita.” Raden Mas Rangsang bagaikan tersadar dari sebuah mimpi panjang. Sambil menarik nafas panjang terlebih dahulu, dia segera membenahi letak duduknya. Katanya kemudian sambil memandang Ki Tanpa Aran, “Baiklah Ki, aku kira memang sudah waktunya untuk dimulai.” Demikianlah sejenak kemudian kedua orang yang umurnya terpaut sangat jauh itu segera tenggelam dalam perbincangan yang sarat dengan ilmu sangka
Postingan
Menampilkan postingan dari 2016
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
“Aku memerlukan pertimbangan dari seseorang yang aku percaya untuk memilih jalan hidupku nantinya yang berhubungan dengan kawruh kasampurnaning ngaurip ,” berkata Anjani sambil menghirup udara pegunungan yang segar. Dipenuhi rongga dadanya dengan udara yang bersih dan murni sebelum akhirnya dihembuskannya kuat-kuat. Seolah-olah ingin dibuang semua persoalan yang sedang membelit hatinya. Tiba-tiba Kanjeng Sunan yang berjalan di depan menghentikan langkahnya. Tak terasa perjalanan mereka telah sampai di ujung lereng yang landai dan kini di hadapan mereka telah terhampar hutan lebat yang membujur di sepanjang lembah Perbukitan Menoreh. Sejenak Kanjeng Sunan tampak terdiam beberapa saat sebelum akhirnya memutar tubuhnya menghadap kedua orang dibelakangnya. Berkata Kanjeng Sunan kemudian, “Semoga Yang Maha Agung mengijinkan kita sampai di kediaman Ki Gede sebelum Matahari benar-benar terbenam.” “Sendika Kanjeng Sunan,” jawab Cantrik Gatra Bumi sambil membungkukkan badannya. Sementara
Terusan Api Dibukit Menoreh Jilid 414 Bag. 2
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Bagian 2 “Ampun Kanjeng Sunan,” berkata seseorang yang tampak sudah sangat sepuh, “Ijinkan kami semua menghadap. Sesuai pesan Kanjeng Sunan kepada kami, kami telah membawa penerus Mataram itu kemari.” Orang yang dipanggil Kanjeng Sunan itu tersenyum sambil mengangguk-angguk. Katanya kemudian, “Terima kasih Ki Ajar, ternyata semua telah berjalan sesuai dengan rencana,” Kanjeng Sunan berhenti sejenak. Kemudian sambil berpaling ke arah seorang anak muda yang duduk tepat di hadapannya, Kanjeng Sunan melanjutkan kata-katanya, “Selamat datang Raden. Aku mohon maaf jika selama ini telah membuat Raden bertanya-tanya. Namun percayalah semua ini demi kebaikan Raden di masa mendatang.” Raden Mas Rangsang yang duduk paling depan segera membungkukkan badan sambil menghaturkan sembah. Jawabnya kemudian dengan suara sedikit bergetar, “Hamba Kanjeng Sunan.” Kanjeng Sunan kembali tersenyum sareh. Sejenak diedarkan pandangan matanya ke seluruh sudut goa. Ketika pandangan Kanjeng Sunan tertumb