Postingan

Terusan Api Dibukit Menoreh Jilid 416 Bag. 2.2

  Orang yang dipanggil kakang itu mengangguk-anggukkan kepalanya. Sejenak pandangan matanya tertuju ke medan pertempuran yang semakin sengit. Pasukan Mataram perlahan-lahan mulai terdesak hebat. Walaupun para prajurit itu telah bertempur berpasangan bahkan ada yang membuat kelompok-kelompok kecil, namun karena jumlah lawan yang hampir dua kali lipat, tekanan itu semakin lama menjadi semakin tak tertahankan. Sebenarnyalah kedatangan murid-murid perguruan bercambuk dari Jati Anom itu sedikit banyak telah mengurangi tekanan lawan. Namun pasukan Mataram belum benar-benar keluar dari kesulitan. “Sebentar lagi pasukan Mataram itu akan hancur,” gumam orang yang dipanggil kakang itu, “Tinggal menunggu waktu saja. Tumenggung Purbarana sudah mati. Apalagi jika Guru orang yang mengaku sebagai Pangeran Ranapati itu mampu mengakhiri perlawanan Ki Rangga Agung Sedayu, tentu kekuatan Mataram benar-benar akan lumpuh.” “Bagaimana dengan Ki Swandaru?” bertanya kawannya, “Kelihatannya dia sudah banya

Terusan Api Dibukit Menoreh Jilid 416 Bag. 2.1

  K i Widura tidak menjawab. Rasa-rasanya nafasnya memang sudah berkejaran keluar masuk lewat  kedua lubang hidungnya. Sementara lawannya semakin lama rasa-rasanya dapat bergerak semakin cepat dan tangkas. Dalam pada itu, lingkaran pertempuran antara Ki Rangga Agung Sedayu melawan guru Pangeran Ranapati yang lebih dikenal dengan nama Ki Singawana Sepuh, semakin lama telah bergeser semakin menjauhi medan pertempuran. Memang mereka sengaja menjauh dari medan pertempuran agar benturan ilmu kedua  orang yang sudah putus segala kawruh lahir maupun batin itu tidak mengganggu orang-orang di sekelilingnya. Lawan Ki Rangga kali ini benar-benar seorang yang mampu menguasai ilmunya dengan sempurna. Pada awalnya Ki Rangga menyangka bahwa hawa dingin yang perlahan-lahan mencekam di sekeliling lingkaran pertempuran itu karena pengaruh udara dini hari yang memang semakin dingin. Namun ketika Ki Rangga merasakan hawa dingin itu semakin mencekam dan rasa-rasanya telah membekukan darahnya, sadarlah